Memahami Anatomi Kekuasaan

Revolusi kita saat ini adalah bukan revolusi sosialisme, bukanlah revolusi agama itu masa lalu, revolusi kita saat ini adalah revolusi modal. Pengambilalihan modal lalu membentuk kantung-kantung sindikasi untuk bertarung memperebutkan lahan ruang hidup. Untuk itulah energi muda diarahkan, untuk itulah kita harus paham bagaimana Modal bisa bekerja.

oleh Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto 

Di Jaman Bung Karno dan gegap gempitanya Revolusi mulai dari Revolusi Pertarungan Jalanan sampai dengan Revolusi Sukarnois, Kekuasaan dibentuk oleh satu soal : "Wacana yang diciptakan para Agen Intelektual". Disini kelompok bersenjata dipinggirkan, kelompok pengusaha menjadi subordinat dari para agen intelektual. Agen-agen Intelektual ini kemudian melebur dalam psikologi massa dan aliran massa ini berpusar pada satu orang yaitu : Sukarno. Dan Sukarno membangun kekuasaannya ini dengan nirbiaya atau tanpa duit sama sekali.

Kesadaran Sukarno menjadi satu-satunya corong dari kesadaran massa yang kemudian membentuk alur kekuasaan. Sukarno bukan saja perkakas dari Revolusi itu sendiri, Sukarno bukan saja kekuatan dari revolusi itu sendiri lebih dari semuanya Sukarno adalah alam bawah sadar.

Kekuasaan yang menguat pada alam bawah sadar Sukarno ini hanya bisa dihancurkan oleh kekuatan A-Intelektuil, inilah kenapa baik Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Amir, Sumitro Djojohadikusumo, TB Simatupang, Nasution dan sederet kelompok intelektual lainnya gagal menundukkan Sukarno. Kekuatan Sukarno tidak akan bisa dilawan dengan kekuatan logika, karena Sukarno sendiri sudah diatas arus logika, Sukarno sudah sampai pada tahapan pendiktean Logika, pendiktean logika inilah yang menjadi bahasa utama Sukarno dalam membentuk keadaan. Yang bisa menghancurkan adalah kekuatan A-Intelektual, dan kekuatan itu timbul oleh Suharto : Perwira Diponegoro yang berpikir dan berbicara dalam bahasa Jawa. Tidak mengerti teori-teori intelektual, bukan pembaca buku yang baik serta sangat meremehkan soal-soal intelektualitas.

Dan sejarah memiliki definisinya yang ironis. Ketika Suharto berhasil menghancurkan Sukarno, membunuh kekuatan massa Sukarno yakni PKI dan Barisan Sukarno, Memasukkan elemen-elemen revolusi bentukan Sukarno ke dalam kandang kekuasaan yang dikendalikannya. Suharto yang A-Intelektual itu justru menggunakan kekuatan intelektual untuk membentuk dua menara pengendali kekuasaannya : Pengetahuan dan Bahasa. Lewat struktur monopoli pengetahuan yang dibirokratisasi, pembentukan landasan pelacuran intelektual yang diageni para pelacur-pelacur birokrat intelektual di kampus-kampus maka pengetahuan dijadikan alat pemisah di masyarakat, benteng-benteng kekuasaan di dalam masyarakat. Proses intelektuil hanya disempitkan menjadi ijasah. Ijasah adalah modal utama untuk melepaskan seseorang dari lumpur keseharian menjadi manusia yang berdiri diatas angin. Ijasah adalah pembentuk modal, dengannya ia masuk ke dalam sistem yang direkayasa sendiri oleh Suharto. Walaupun Suharto hanya berpendidikan SMP ia mampu membentuk satu peradaban akademik yang hanya berpusar pada ijasah karena "Ijasah tak lain adalah stempel legitimasi dari struktur kekuasaan".

Sarjana berbeda dengan Tukang, Sarjana adalah manusia yang diciptakan oleh sistem Suhartorian menjadi kelompok yang berbeda dengan rakyat biasa, ia berdiri mengendalikan sistem masyarakat, ia diimajinasikan bersih dari persoalan keseharian. Sementara Tukang adalah pekerjaan mekanis, pekerjaan kasar. Inilah kenapa di sinetron Doel Anak Sekolahan, hampir semua penonton tertawa saat Benyamin S berteriak : Hoooi, Orang Kampuuuuuuung......Si Doel sudah jadi "Tukang Insinyur". Definisi Tukang yang kasar, bau dan tidak berkelas atas menjadi satu bagian dari Insinyur yang sarjana, dilegitimasi oleh kekuasaan dan mapan dalam sistem.

Pengendalian Pengetahuan yang menciptakan sistem kelas dan Penguasaan Bahasa menjadi dua kekuatan utama Orde Baru. Sejak hari kedua Gestapu 65 Suharto secara efektif mengendalikan kekuasaan dengan histeria bahasa. Bahasa dijadikan alat untuk menakuti, bahasa dijadikan media untuk membuat histeris rakyat banyak, bahasa menjadi pembentuk alam bawah sadar. Bila Sukarno mampu menjadikan dirinya seperti Dalang yang memukau orang pada kekuatan bahasa yang diciptakan dari kata-katanya, maka Suharto menjajah alam bawah sadar bahasa dengan sistem bahasa yang diciptakannya. Kata "PKI" misalnya menjadi sangat ditakuti karena dibalik makna PKI terbentuk sesuatu yang angker dan tidak dimengerti.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menjadi alat demarkasi yang baik untuk membuat orang dipaksa memahami bahwa sebelum EYD 1972 adalah jaman gelap, jaman yang penuh angkara murka dan jaman setelah EYD adalah jaman terang, jaman pembaharuan dimana sang Satria berkuasa. Bahasa bagi sistem Suharto adalah jiwa dari kekuasaan itu sendiri. Inilah yang bisa menjelaskan kenapa Suharto sangat takut dengan kekuatan perlawanan yang digerakkan bahasa. Dengan tukang becak yang kurus ceking macam Wiji Thukul, rezim Suharto gemetar lalu membunuhnya dari kehidupan dan menghilangkannya. Dengan pamflet-pamflet WS Rendra ia amat takut, dengan syair lagu Iwan Fals rezim ini menjadi linglung dan situasi menjadi semakin naif bila melihat Kejaksaan Agung di Jaman Orde Baru menjadi sarang kebodohan dengan melarang buku-buku Pram.

Tapi kemudian sejarah bergerak menuju masa baru. Informasi yang tidak simetris semakin simetris karena munculnya revolusi di bidang informasi. Rezim Suharto jatuh karena urusan satu soal :"Hadirnya Internet". Dengan Internet pengetahuan tidak lagi dibirokratisasi, pengetahuan bukan lagi urusan sistem tapi pengetahuan menjadi milik orang banyak. Para Agen-agen intelektual tak lebih dari masyarakat kebanyakan, mereka bukan lagi menjadi mesin pendorong tapi justru bagian dari kicau masyarakat. Kehancuran pengendalian pengetahuan dan bahasa ini justru oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada lapis individu hanya sayangnya lapis individu ini kemudian menjadi tunduk pada satu kekuatan yang bernama : "Modal Uang"

Bila di jaman dulu, modal pembentuk kekuasaan adalah "Tanah" yang kemudian menciptakan sistem bernama "Feodalisme", feodalisme bersifat menetap, membangun kebudayaan diatasnya, bertarung diatasnya, dan hidup mati diatas tanah. Maka Modal Uang adalah seperti arus kali yang cepat, ia bisa saja membentuk dan membangun kebudayaan baru tapi bisa dengan cepat menghancurkan kebudayaan diatasnya. Ia menjadi sesuatu yang dinamik, ia serba cepat tapi satu hal kini ia adalah satu-satunya : Pengendali.

Modal Uang menjadi pengendali Kebudayaan, Agama, Manajemen Partai, Pengeloma massa, Manajemen konflik di masyarakat, Pembentukan rekayasa Pemilihan Umum, Struktur kabinet, kantung-kantung kekuasaan di tingkat akar rumput, pengendali ilmu pengetahuan dan segala-galanya modal uang membentuk : Alam bawah sadar.

Bila dijaman Bung Karno, alam bawah sadar adalah "dongengan dalang Sukarno diatas podium" di Jaman Suharto alam bawah sadar "Kepatuhan terhadap sistem yang diciptakan oleh pengetahuan dan bahasa yang dikendalikan kekuasaan" maka di jaman Reformasi ini kekuasaan dikendalikan oleh urusan satu soal : Modal Uang.

Modal Uang bisa dibentuk lewat akumulasi yang menyejarah macam Perusahaan konglomerasi atau juga bisa dibendung dengan "Game" sebuah permainan. Bagaimana menciptakan uang dalam jumlah trilyunan dengan waktu cepat. Kasus Pemutihan dana BLBI, Pendirian BPPN, Penggelembungan dana Century, Dagelan Gayus atau Misteri murahnya harga saham Krakatau Steel dan tidak jelasnya jatah pembagian saat IPO memberikan pengertian pada kita bahwa uang dalam jumlah besar bisa dibentuk dalam hitungan bulan bahkan hari.

Adalah sangat naif bila kita melawan struktur modal tanpa mengerti filosofi modal, tanpa paham bagaimana cara kerja uang bekerja. Seluruh kekuatan saat ini dibentuk oleh kanal-kanal uang yang menyerbu ke sumber-sumber daya alam dan pasar. Mereka berhulu pada Bank-Bank Amerika Serikat, Sindikasi Bank Eropa, Dana Panas Singapura, Dana simpanan boom minyak Timur Tengah atau Kendali Bank di Jepang serta di Cina. Bila Marx meramalkan dunia akan berada pada satu posisi mondial, lalu terciptalah istilah Internasionalisme, lalu Amerika Serikat dan Inggris membentuk blok barat, blok liberal yang bertujuan menciptakan satu pasar. Dan Stalin membangun jaringan mondial bernama Komunis Internasional, Komintern. Maka kini bukanlah ideologi yang membentuk Internasionalisme, bukanlah agama yang membentuk internasionalisme tapi "Uang".

Sayangnya kita malah terjebak pada penjualan murah aset-aset kita, bukannya menjadikan seluruh BUMN sebagai modal awal dana sindikasi negara tapi kita malah melego aset pemerintah, menjual murah sumber daya alam dan menjadikan kaya sekelompok orang yang berdiri diatas lapisan elite.

Revolusi kita saat ini adalah bukan revolusi sosialisme, bukanlah revolusi agama itu masa lalu, revolusi kita saat ini adalah revolusi modal. Pengambilalihan modal lalu membentuk kantung-kantung sindikasi untuk bertarung memperebutkan lahan ruang hidup. Untuk itulah energi muda diarahkan, untuk itulah kita harus paham bagaimana Modal bisa bekerja.

Suatu senja di tahun 1962 Sukarno pernah berkata pada Subandrio "Saat ini yang berkuasa adalah kaum pemodal, mereka membangun bank-bank internasional, mereka membentuk selokan-selokan modal untuk membangun penjajahannya. Semustinya setelah kita merdeka kita harus sekaya mereka, membangun permodalan, tapi jelas mereka tidak akan senang bila kita kaya. Bila di masa lalu perkebunan dan kapitalisme kuno menjadi alat penjajahan maka dimasa kini permodalan yang cepat adalah sumber pengendalian, itulah yang aku namakan sebagai Neo Imperialisme dan Neo Kolonialisme. Nekolim.

Dan Sukarno memenangkan pertarungan Irian Barat tapi kemudian ia mati sengsara. Lalu freeport mengeduki bumi Papua. Itulah sejarah.

Comments

Popular Posts