Wartawan Dimata Soekarno dan Njoto



Terlihat sosok Humanis Bung Karno saat bercanda dengan salah seorang wartawan di Istana Merdeka, pada tahun 1966. Dalam foto koleksi majalah life beberapa wartawan tertawa memperhatikan aksi Bung Karno tersebut. 

“Adakanlah penilaian yang obyektif terhadap tugas-tugas kewartawanan dalam rangka mengabdikan diri kepada masyarakat dan revolusi. Untuk ini, para wartawan hendaknya banyak membaca dan menambah wawasan pengetahuan sehingga akan dapat menguasai berbagai persoalan dalam rangka menunaikan tugas sebaik-baiknya" Ir. Soekarno, 11 Januari 1966.

Sementara Njoto berkata :
"..Galib dikatakan, bahwa setengah kebenaran masih lebih berbahaya daripada kebohongan seratus prosen. Tetapi akan saya coba untuk membuktikan, bahwa pers kanan bukannya menghidangkan setengah kebenaran kepada pembaca-pembacanya, melainkan seperlima, dan tidak jarang sepersepuluh saja dari kebenaran.

Dalam keadaan yang demikian, tugas dari pers yang mempunyai harga diri, pers yang menyadari arti suci kejujuran, sungguh tidak ringan. Dewan Redaksi Harian Rakjat selalu mengingat kata-kata pengarang demokrat Belanda yang besar, Multatuli, kata-kata yang kami anggap ditujukan kepada setiap orang yang jujur. Kata Multatuli:

Padamu terletak tugas kemanusiaan!
Tugas itu mengharuskan: berusaha ke arah kebenaran
Dan di mana-mana terdapat kebohongan.
Maju! Berjuang terhadap kebohongan! Ayo berjuang! Maju, ke arah kemenangan!

Kata-kata Multatuli yang tajam ini berharga benar bagi setiap suratkabar, setiap redaktur dan setiap koresponden, yang mengabdi atau ingin mengabdi kepada Rakyat. Membohongi pembaca tidaklah sukar, tetapi membohongi pembaca berarti juga membohongi diri sendiri. Di sini orang tertumbuk pada hati nurani. Karena menyadari hal ini, maka kata-kata Multatuli itu kami simpan dalam hati sebagai intan daripada intan.
(Dimuat dalam buku Pers dan Massa oleh Njoto, Penerbit N.V. Rakjat, 1958, halaman 59-84).

Comments

Popular Posts