Biju Patnaik : Pahlawan Bagi Indonesia (Bagian-1)
Patnaik and Gyan Patnaik |
Bijayananda Patnaik (Cuttack, Orissa, India, 5 Maret 1916 – 17 April 1997), dipanggil Biju Patnaik, adalah seorang pilot, pengusaha, pendiri Kalinga Airlines, pejuang kemerdekaan India (Indian Freedom Movement), anggota parlemen dan menteri pada era PM Moraji Desai (1977).
Biju mendalami ilmu penerbangan pada Aeronautical Training Institute of India. dan lalu bergabung dengan Penerbangan Nasional India (Indian National Airways). Sebagai pilot, Biju lalu terlibat dalam perang kemerdekaan India dari 1940 sampai 1942. Karena keterlibatannya dalam gerakan mogok Quit India Movement yang diprakarsai oleh Mahatma Gandhi, ia dipenjarakan sampai 1945. Biju banyak membantu India dalam operasi penerbangan untuk masalah politik yang pelik seperti dukungan India kepada Tibet dan Kashmir.
Usai Perang Dunia II, Indonesia dan India sama-sama berjuang untuk meraih kemerdekaan; namun India dengan statusnya sebagai dominion Inggris, sejak 30 Oktober 1945 telah menjadi anggota PBB. Salah satu usaha Indonesia meraih dukungan luar negeri serta bantuan senjata dan obat-obatan adalah dengan menghubungi India karena Moh.Hatta adalah teman dekat Jawaharlal Nehru, pemimpin Partai Kongres Nasional India saat itu, menjadi Perdana Menteri India pertama. Bantuan India melalui PBB diharapkan dapat memberikan dukungan bagi usaha kemerdekaan Indonesia dan menekan Belanda secara diplomatis untuk menghentikan usahanya menggoyang Republik yang baru merdeka.
Sebagai rekan dekat Nehru dan untuk membantu perjuangan Indonesia, Biju datang ke Indonesia dengan pesawatnya Dakota VT-COA ke Maguwo, Yogyakarta bulan Juni 1947 dan tinggal selama lebih dari dua minggu di Yogyakarta. Selama di sana, pesawat milik Kalinga Airlines tersebut dipakai untuk melatih pilot-pilot Indonesia, termasuk di antaranya Adisucipto, Iswahjudi dan Abdulrahman Saleh.
Pada akhir Juni 1947, Biju menerbangkan Dr.Sudarsono sebagai perwakilan di India. Demikian pula pada awal Juli 1947, Biju menerbangkan juga Moh. Hatta dari Yogyakarta lewat Bukit Tinggi menuju India untuk bertemu Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. Biju juga yang menerbangkan Perdana Menteri Sutan Syahrir pada tanggal 22 Juli 1947 ke India, sehari setelah Agresi Militer Belanda I. Pesawat yang diterbangkan Adisucipto dan Abdulrachman Saleh bernomor seri VT-CLA, berbeda dengan yang diterbangkan oleh Biju.
Sumber : Wikipedia.
Comments