Susahnya “Melukis” Wajah Pak Harto
Antonio Blanco pada 1990,
perayaan 45 tahun kemerdekaan Indonesia, melukis aura kemiliteran Pak Harto di
kanvasnya. Namun yang muncul adalah Pak Harto dengan raut pengusaha di
sela-sela rantai penjajahan yang putus porak-poranda.
Pelukis Jepang, Takeiko Miyanaga,
pernah berusaha mengangkat karisma Pak Harto sebagai seorang state builder.
Namun, hasilnya, hanyalah state portrait biasa. Begitu juga Susilo yang telah
melukis Pak Harto untuk empat istana presiden. Seniman dan karyawan senior di
Sanggar Lukisan Istana Presiden ini berkata, "Meski sudah tidak terbilang
saya melihat langsung Pak Harto, karakter Pak Harto belum juga tertangkap
total."
Siapakah perupa yang paling
banyak melukis wajah H.M. Soeharto?
Jawabnya: IB Said. Pelukis
kelahiran Malang, Jawa Timur, 1934, ini memang secara resmi bertugas melukis
Pak Harto (dan Ibu Tien) sejak 1967. Lukisan itu diciptakan untuk mendampingi
lukisan tamu negara yang datang ke Indonesia.
Selama Pak Harto berkuasa pada
1967-1998, IB Said telah 300 kali melukis wajah kepala negara. Sehingga ia
harus dicatat sebagai satu-satunya seniman di dunia yang paling banyak melukis
presidennya. Apa yang paling merasuk dalam benak IB Said? Kebosanan! Sebab,
katanya, raut Pak Harto tidak khas seperti Bung Karno atau Yasser Arafat.
"Modal Pak Harto kan cuma ganteng dan sumeh. Dalam seni rupa, itu nggak
cukup," ia menambahkan.
Wajah Pak Harto memang bukan wajah
untuk dilukis. Dan ini diakui Delsy Syamsumar, ilustrator, penggubah komik.
Delsy adalah seniman pertama yang melukis Pak Harto sebagai pengendali negara
dalam uniform militer. Lukisan itu kemudian dijadikan sampul majalah Tjaraka
kurun 1967. "Agak susah mencari peringai Pak Harto yang militeristik. Tapi
saya maklum, dia bukan Fidel Castro."
Dede Eri Supria termasuk yang
bingung apabila diminta melukis wajah Pak Harto. Pada 1989, ia diorder G.
Dwipayana untuk membuat sampul buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya. Setelah membongkar setumpuk dokumen, Dede akhirnya menemukan foto Pak
Harto sedang mesem dan bertepuk tangan ketika menyaksikan pertandingan
olahraga.
Bagian wajah Pak Harto itu lalu
diekspose dan dikemas jadi lukisan sampul buku tersebut. Gambar sampul ini
ternyata manis seperti Marlon Brando Jawa. Sehingga, pada 1995, tanpa seizin
Dede, Peruri (Perusahaan Uang RI) mengambilnya sebagai ilustrasi untuk uang
kertas bernominal Rp 50.000. Dede sukses menerjemahkan sebutan "the smiling
general" O.G. Roeder atas Pak Harto dalam karya visual.
Dikutip dari tulisan : Agus Dermawan T (Pengamat seni rupa, penulis buku Rumah Bangsa-Istana-istana
Presiden Republik Indonesia ~ Gatra)
Sumber : Manise777.multiply.com
Sumber : Manise777.multiply.com
Comments